Wednesday, 29 April 2015

Cara Mengumpulkan Data Penelitian Kuantitatif Melalui Wawancara

Ada dua hal yang harus dikuasai agar dapat menghasilkan penelitian yang berkualitas. Kualitas hasil penelitian kuantitatif dipengaruhi oleh kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Keduanya sama-sama penting sehingga seorang peneliti harus bisa memastikan bahwa instrumen penelitian yang digunakan adalah valid dan reliabel. Sedangkan dari segi pengumpulan data, dapat ditinjau dari berbagai setting, sumber dan cara. Dari segii setting ada yang alamiah atau melalui eksperimen. Sumber penelitian ada yang primer dan sekunder. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai cara membuat instrumen yang valid dan reliabel. Kali ini yang akan dibahas adalah cara mengumpulkan data melalui wawancara pada penelitian kuantitatif.

Wawancara dalam penelitian kuantitatif dapat dilakukan pada tahap studi pendahuluan sehingga peneliti dapat menemukan permasalahan yang akan diteliti. Selain itu, wawancara digunakan peneliti ketika ingin mendapatkan informasi yang mendalam yang jumlah respondennya tidak banyak. Peneliti yang memilih menggunakan wawancara sebagai teknik pengumpulan data sebaiknya memiliki anggapan sebagai berikut:
1. Bahwa responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
2. Bahwa apa pun disampaikan oleh subyek penelitian kepada peneliti merupakan suatu kebenaran dan dapat dipercaya
3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepada responden adalah sama dengan yang dimaksud oleh peneliti.

Ada dua jenis wawancara yaitu terstruktur dan tidak terstrukur yang dilakukan secara langsung melalui tatap muka atau dengan menggunakan telepon.

Wawancara Terstruktur

Peneliti yang menggunakan wawancara model ini harus sudah mengerti informasi apa yang akan diperoleh. Peneliti sebelum wawancara, terlebih dahulu menyiapkan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan disertai dengan alternatif jawaban. Jadi seluruh responden penelitian mendapat pertanyaan yang sama, dan tugas peneliti adalah mencatat jawaban responden. Karena instrumen memiliki pertanyaan dan alternatif jawaban yang sama, jenis wawancara ini dapat dilakukan oleh beberapa pewawancara namun harus dipastikan bahwa ketrampilan pewawancara adalah sama. Sebagai alat bantu, pewawancara dapat membawa alat perekam, gambar, brosur yang dapat membantu pelaksanan wawancara menjadi lancar.

Wawancara Tidak Terstruktur atau Terbuka

Peneliti bebas tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara ini bisa digunakan untuk penelitian pendahuluan atau penelitian yang lebih mendalam. Peneliti perlu melakukan wawancara kepada orang-orang yang benar-benar mengerti permasalahan yang sedang diteliti. Posisi peneliti belum mengetahui secara pasti informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu, peneliti lebih berperan sebagai pendengar yang dengan cara banyak mendengarkan informasi dari responden. Caranya mengawalinya bisa dengan menanyakan hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan. Setelah peneliti mengetahui bahwa responden mau berbagi informasi akan diteliti, peneliti baru bertanya hal-hal yang sesuai tujuan. 


Peneliti yang menggunakan teknik wawancara alangkah baiknya memahami situasi responden. Bila sedang sibuk, sebaiknya wawancara dilakukan di lain waktu di lokasi yang nyaman. Penting bagi peneliti untuk membuat perjanjian dengan responden untuk menentukan waktu dan tempat wawancara. Ketika wawancara, hindari memberikan pertanyaan yang bermakna bias karena dapat ditanggapi berbeda oleh responden. Bila peneliti mengajukan pertanyaan yang bias, informasi yang di dapat pun tidak obyektif atau tidak akurat.

Sekian pembahasan teknik pengumpulan data melalui wawancara pada penelitian kuantitatif. Pastikan anda membuat instrumen wawancara sesuai jenis wawancara yang anda pilih, wawancara terstruktur atau tidak terstruktur.

sumber:
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta; hal 193 - 199

Wednesday, 22 April 2015

Membuat Instrumen Penelitian Kuantitatif yang Valid dan Reliabel

Instrumen memiliki peran yang sangat vital dalam penelitian. Instrumen menjadi alat ukur variabel penelitian. Baik atau tidaknya suatu hasil penelitian sangat dipengaruhi oleh instrumen yang digunakan. Instrumen penelitian yang baik memiliki dua syarat yaitu valid dan reliabel. Instrumen yang mampu mengukur variabel penelitian dengan  tepat dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sehingga atau tingkat keajegan yang tinggi. Lalu bagaimanakah menyusun sebuah instrumen yang valid dan reliabel? 

Instrumen yang valid adalah berupa alat ukur yang mampu mengukur dengan baik dari variabel yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan berkali-kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian adalah instrumen yang valid dan reliabel sehingga hasil penelitian valid dan reliabel. 

Meskipun peneliti telah menggunakan instrumen yang valid dan reliabel, belum tentu secara otomatis hasil penelitian itu akan valid dan reliabel. Penelitian juga dipengaruhi oleh obyek yang diteliti dan kemampuan orang-orang yang menggunakan penelitian. Peneliti butuh kemampuan untuk mengendalikan obyek diteliti, menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang diteliti. 

Instrumen pada bidang pendidikan ada yang sudah baku dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Tetapi ada juga yang belum baku sehingga perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Oleh karena itu, peneliti sebelumnya harus mempu menyusun instrumen penelitian sebelum diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang menggunakan instrumen yang tidak valid dan reliabel makan hasilnya tidak dapat dipercaya kebenarannya.  

Validitas Instrumen Penelitian

Validitas instrumen terdiri dari dua yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Instrumen yang memiliki validitas internal ada dua yaitu yang disusun dari teori-teori yang relevan menjadi validitas konstruksi, dan bila disusun berdasarkan rancangan program yang telah ada maka instrumen itu memiliki validitas konten. Untuk validitas konstruksi, aspek-aspek yang diukur berdasarkan teori dikonsultasikan pada pakar ahli. Jumlah ahli minimal 3 orang dengan gelar doktor sesuai ruang lingkup yang diteliti. Setelah itu diujicobakan pada sampel populasi sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan, uji validitas dilakukan dengan analisis faktor yaitu mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan suatu faktor dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Korelasi yang positif besarnya lebih dari 0,3 dan memiliki konstruk yang tinggi. Validitas konten disesuaikan antara butir instrumen dengan materi isi atau rancangan yang telah ditetapkan.

Validitas internal instrumen berupa test harus memenuhi dua syarat itu validitas konten dan validitas kontruksi. Validitas internal instrumen yang berupa non tes cukup memenuhi validitas konstruksi.

Instrumen yang memiliki validitas eksternal disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang sudah ada. Uji validitas internal dilakukan oleh para ahli di bidang tersebut. Uji validitas eksternal diuji dengan cara dibandingkan dengan standar yang telah ada dan dilanjutkan dengan analisis faktor.

Reliabilitas Instrumen Penelitian

Ada dua macam reliabilitas instrumen yaitu eksternal reliabilitas instrumen yaitu: stability dengan cara test retest yang dilakukan pada kelompok yang sama pada waktu yang berbeda, equivalent yang dilakukan dengan test beda tapi equivalent dilakukan ujicoba pada waktu yang sama, gabungan di atas dengan cara dianalisis dengan korelasi setelah diuji coba; dan internal reliabilitas yaitu biasa diuji dengan program seperti Spearman Brown (split half), KR 20, KR 21, Anova Hoyt.


Itulah hal-hal yang perlu dipahami agar instrumen yang disusun valid dan reliabel.


Sumber: Sugiyono. 2012. Metode Penelitian  Pendidkan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tuesday, 21 April 2015

Cara Membuat Instrumen Penelitian Kuantitatif

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan ada empat macam skala sikap yang sering digunakan dalam instrumen penelitian pendidikan, yaitu Skala Likert, Skala Guttman, Rating Scale, dan Semantic Deferential. Keempat model skala sikap ini memiliki ciri khas sehingga mudah untuk dikenali dan dijadikan patokan dalam mengukur suatu instrumen. Untuk itu, perlu juga dijelaskan macam-macam instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian pendidikan.

Meneliti identik dengan pengukuran, sehingga butuh alat yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu variabel. Ada beberapa alat yang sudah terbukti valid dan reliabel untuk mengukur suatu variabel, contohnya adalah  calorimeter untuk mengukur panas, penggaris atau mistar untuk mengukur panjang, thermometer untuk mengukur suhu. 

Dalam bidang pendidikan, sebenarnya sudah ada instrumen yang valid  dan reliabel untuk menjadi alat ukur. Seperti instrumen untuk mengukur motivasi berprestasi, sikap, IQ, dan bakat. Namun instrumen juga harus disesuikan dengan kondisi atau tempat penelitian. Oleh karena itu, para peneliti pendidikan sering menyusun instrumen tersendiri termasuk dalam menguji validitas dan relibilitasnya. Jumlah instrumen penelitian disesuaikan dengan jumlah variabel yang diteliti.

Cara Menyusun Instrumen 

Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel yang akan diteliti. Kemudian variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya. Langkah selanjutnya adalah membuat indikator-indikator yang mengacu pada definisi operasional suatu variabel. Dari Indikator atau "construct" tersebut lalu dijabarkan dalam bentuk butir-butir penyataan atau pertanyaan. Cara yang bisa dilakukan oleh peneliti adalah dengan membuat matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen.

Peneliti membutuhkan wawasan yang luas dan mendalam terkait variabel yang diteliti dan teori-teori yang mendukung. Penggunaan teori yang dipilih harus cermat agar mampu menghasilkan indikator yang valid. Peneliti dapat membaca berbagai referensi. 

Item-item instrumen dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami, sehingga semua pihak yang berkepentingan dalam penelitian tersebut dapat memahami apa yang dimaksud dalam item instrumen tersebut. 

Bentuk instrumen penelitian dapat berupa pilihan ganda, rating scale atau checklist. Bentuk manakah yang paling baik digunakan adalah disesuaikan dengan teknik pengumpulan data. Bila peneliti menggunakan angket untuk pengumpulan data maka instrumen dapat dibuat dalam bentuk pilhan ganda agar lebih komunikatif atau checklist agar ekonomis. Instrumen dalam bentuk checklist atau rating scale juga dapat digunakan untuk penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi atau wawancara. Jadi pedoman observasi dan wawancara dalam bentuk checklist. 

Peneliti juga perlu mengetahui situasi yang akan diteliti atau dijadikan responden. Berdasarkan pengetahuan tersebut, peneliti dapat menentukan menggunakan angket, observasi, wawancara atau gabungan. Angket lebih cocok digunakan bila responden banyak yang dapat membaca dengan baik dan dapat mengungkapkan hal-hal yang rahasia. Observasi cocok digunakan pada penelitian yang obyeknya manusia, proses kerja, gejala alam, dan jumlah responden yang kecil. Wawancara cocok digunakn bila ingin mengetahui hal-hal secara lebih mendalam dari jumlah responden yang sedikit. Gabungan cocok digunakan bila ingin mendapatkan data yang lengkap, akurat, dan konsisten.


Itu dulu yang perlu diketahui sebelum menentukan dan menyusun instrumen yang tepat untuk sebuah penelitian. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian akan dibahas pada materi selanjutnya yaitu Membuat Instrumen Penelitian yang Valid dan Reliabel.

Sumber:  Sugiyono. 2012. Metode Penelitian  Pendidkan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Halaman  147 - 172


Tuesday, 14 April 2015

Macam-macam Skala Pengukuran Pada Penelitian Kuantitatif

Instrumen digunakan peneliti dalam penelitian kuantitatif untuk mengumpulkan data. Instrumen digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Jumlah instrumen penelitian sebanyak jumlah variabel yang akan diteliti. Instrumen yang dibuat tujuannya adalah untuk mengukur data yang terkumpul, maka setiap instrumen yang digunakan peneliti harus mempunyai skala. Ada bermacam-macam skala yang digunakan dalam instrumen penelitian kuantitatif, yaitu: Skala Likert, Skala Guttman, Semantic Defferential, Skala Rating.

Skala Likert

Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Indikator dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen memiliki gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang berupa kata-kata antara lain. sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju; atau selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah. Untuk keperluan analisis kuantitatif, jawaban dari pertanyaan atau pernyataan diberi skor, misalnya: sangat setuju skornya 5, setuju skornya 4, ragu-ragu skornya 3, tidak setuju skornya 2, sangat tidak setuju skornya 1. Instrumen dengan model ini dibuat dalam bentuk check list atau pilihan ganda.

Skala Guttman

Peneliti yang menggunakan skala ini akan mendapatkan jawaban yang tegas yaitu ya atau tidak; benar atau salah; pernah atau tidak pernah; positif atau negatif. Skala Guttman dapat dibuat dalam bentuk checklist atau pilihan ganda dengan menggunakan skor 0 untuk tidak setuju dan 1 untuk setuju. 

Semantic Defferential

Skala ini dikembangkan oleh Osgood. Skala ini digunakan untuk mengukur sikap namun bentuknya tidak berupa pilihan ganda atau checklist. Bentuknya tersusun dalam satu garis kontinum. Letak jawaban yang positif berada di sebelah kanan garis dan jawaban yang sangat negatif letaknya ada disebelah kiri garis; atau susunannya dapat dibalik yang penting konsisten dari bagian awal sampai akhir. Skor jawaban ada lima seperti yang ada pada skala likert misalnya:  sangat setuju skornya 5, setuju skornya 4, ragu-ragu skornya 3, tidak setuju skornya 2, sangat tidak setuju skornya 1.

Rating Scale

Instrumen yang menggunakan skala ini menyediakan jawaban kuantitatif bagi responden. Skala ini sangat berbeda dengan ketiga skala di atas yang menggunakan jawaban kualitatif. Oleh karena itu, rating scale lebih fleksibel untuk digunakan, tidak terbatas pada pengukuran sikap saja tetapi dapat mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan, dan lain-lain. Hal yang harus diperhatikan bagi peneliti yang menggunakan instrumen ini adalah peneliti harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen.

Itulah empat macam skala instrumen yang digunakan pada penelitian kuantitatif. Anda dapat memilih model skala sesuai dengan variabel yang akan diteliti.



sumber:
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian  Pendidkan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Hal. 133 - 146

Monday, 13 April 2015

Cara Membuat Rumusan Masalah Penelitian Kuantitatif

Sebelum mengetahui cara membuat rumusan masalah penelitian, alangkah baiknya mengetahui pengertian masalah dan rumusan masalah. Ada perbedaan antara masalah dengan rumusan masalah. Masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, teori dengan praktik, rencana dan pelaksanaan. Rumusan masalah adalah pertanyaan yang dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun keduanya memiliki hubungan. Masalah merupakan dasar dilakukannya sebuah penelitian, sedangkan pertanyaan yang menjadi rumusan masalah bersumber dari masalah.


Bentuk-bentuk rumusan masalah dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat ekplanasinya. Ada tiga macam bentuk rumusan masalah, yaitu deskriptif, komparatif, dan asosiatif.

Rumusan Masalah Deskriptif

Adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaab variabel mandiri yang terdiri dari satu variabel atau lebih. Bila variabelnya lebih dari satu, maka variabel tersebut bersifat mandiri. Peneliti tidak membandingkan, atau menghubungkan.
contoh: 
Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap vonis hukuman mati untuk pelaku korupsi?
Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid di BSD?

Rumusan Masalah Komparatif

Adalah suatu rumusan masalah yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
contoh satu variabel dua sampel:
Adakah perbedaan motivasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta? 
contoh satu variabel untuk dua kelompok pada tiga sampel:
Adakah perbedaan kompetensi profesional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SMA
contoh dua variabel untuk tiga sampel
Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antara murid yang berasal dari keluarga PNS, Pegawa Swasta, dan Wiraswasta

Rumusan Masalah Asosiatif

Adalah rumusan suatu masalah yang sifatnya menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Ada tiga bentuk hubungan yaitu simetris, kausal, dan interaksi. Hubungan simetris artinya suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersamaan. Hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Hubungan interaksi adalah hubungan yang saling mempengaruhi.
contoh hubungan simetris:
Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin sekolah?
contoh hubungan kausal:
Adakah pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA?
contoh hubungan interaktif:
Hubungan antara motivasi belajar dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan Pagedangan.

Itulah tiga bentuk rumusan masalah dalam penelitian. Anda dapat memilih salah satu bentuk rumusan masalah sesuai dengan masalah yang dijadikan dasar penelitian. Selamat membuat penelitian.

Sumber:
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian  Pendidkan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. halaman 55 - 59.

Masalah: Sumber Penelitian

Berbagai permasalahan terjadi di bidang pendidikan dari tingkat operasional, manajerial sampai dengan tingkat kebijakan. Salah satu tujuan dilakukan penelitian adalah untuk mengatasi permasalahan. Peneliti yang peka dengan kondisi pendidikan di Indonesia akan dengan mudah menemukan permasalahan-permasalahan. Meskipun untuk memilih suatu permasalahan yang perlu segera dicarikan solusinya lewat penelitian bukan perkara yang mudah. Bahkan menurut Tuckman tahap menemukan sesuatu yang benar-benar disebut masalah adalah tahap yang paling menyulitkan bagi seorang peneliti. Ketika peneliti telah menemukan permasalahan yang paling mendesak untuk diatasi, maka peneltian dapat segera dilakukan. Berbekal kompetensi yang dimiliki, peneliti dapat memutuskan jenis pendekata penelitian yang dilakukan, antara kuantitatif, kualitatif, atau R&B.

Apa yang disebut masalah? Masalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan kenyataan, antara teori dengan praktik, antara rencana dengan pelaksanaan, adanya pengaduan, dan adanya kompetisi.

Penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan 

Harapan dan kenyataan adalah dua hal yang bisa seiring atau bertolak belakang. Harapan adalah kondisi ideal dan kenyataan adalah realita yang terjadi. Masalah muncul ketika harapan tidak sebanding dengan kenyataan. Ada kesenjangan antara kondisi yang seharusnya dengan kenyataan yang terjadi. Bila peneliti menjumpai masalah seperti itu, penelitian dapat dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi suatu permasalahan.

Penyimpangan antara rencana dengan kenyataan

Segala sesuatu yang direncanakan dengan baik memiliki potensi mendapatkan hasil yang maksimal. Pada tahap rencana, berbagai hal yang sifatnya negatif diantisipasi. Namun pada kenyataanya, pelaksanaan tidak sesuai dengan rencana. Inilah yang berpotensi menimbulkan kegagalan. Masalah yang dijadikan sumber penelitian dapat berawal dari kesenjangan antara rencana dengan pelaksanaan.

Pengaduan

Di era keterbukaan semacam ini, tiap orang memiliki hak mendapatkan informasi yang benar. Tiap orang juga memiliki hak untuk menyatakan kebenaran. Ketika dijumpai adanya ketidakwajaran dari yang semestinya terjadi, pengaduan dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait. Menanggapi aduan tersebut, cara yang terbaik adalah meneliti kebenaran aduan. Melalui penelitian dapat ditemukan pihak yang benar antara pihak yang mengadu atau diadukan. Kemudian dapat ditentutkan tindak lanjutnya.

Kompetisi

Persaingan yang sehat menumbuhkan motivasi bagi pihak yang terlibat untuk menunjukkan cara terbaik. Semua pihak berusaha melakukan hal-hal yang luar biasa. Kompetisi yang disikapi dengan tidak hati-hati dapat menimbulkan kerugian. Misalnya perusahaan yang ingn bersaing dengan perusahaan sejenis, memutuskan akan menurunkan harga namun kualitas juga diturunkan. Karena salah mengambil kebijakan, perusahaan menjadi rugi, Ternyata masyarakat lebih memilih kualitas dibandingkan harga barang. Bagi peneliti, adanya kompetisi menjadi salah daya tarik untuk melakukn penelitian.


Masalah dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data. Jadi data yang disampaikan dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya. Berdasarkan masalah yang terjadi, peneliti akhirnya memutuskan penelitian dengan pendekatan yang sesuai kompetensi peneliti.

Sumber:
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian  Pendidkan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta





Saturday, 11 April 2015

Ruang Lingkup Penelitian Pendidikan

Ada banyak permasalahan yang terjadi pada bidang pendidikan di Indonesia. Permasalah itu terjadi pada tingkat kebijakan, manajerial, dan operasional pendidikan. Penelitian menjadi solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan-permasalahan itu. Oleh karena itu, penelitian pada bidang pendidikan memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Penelitian pada bidang pendidikan dapat dilakukan pada tingkat operasional, manajerial atau kebijakan. Dilakukan dengan pendekatan penelitian kuantitatif, kualitatif, atau R&B. Pemilihan pendekatan penelitian didasarkan pada kompetensi peneliti dan obyek yang diteliti. 


Di bawah ini saya akan berikan contoh-contoh penelitian pendidikan dari level operasional, manajerial, dan kebijakan. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi anda untuk memilih salah satu penelitian yang sesuai dengan anda dan memberikan sumbangsih untuk mengatasi permasalahan pendidikan.

Lingkup Penelitian Pendidikan pada Tingkat Operasional

Terdiri dari berbagai obyek penelitian, diantara pada bidang seperti di bawah  ini:
1. Aspirasi masayarakat dalam memilih pendidikan
2. Pemasaran lembaga pendidikan
3. Sistem seleksi murid baru
4. Kurikulum,silabe
5. Teknologi pembelajaran
6. Media pendidikan
7. Penampilan mengajar guru
8. Manajemen kelas
9. Sistem evaluasi belajar
10. Sistem ujian akhir
11. Kuantitas dan kualitas lulusan
12. Unit produksi
13. Perkembangan karir lulusan
14. Pembiayaan pendidikan
15.  Profil pekerjaan dan tenaga kerja
16. Kebutuhan masyarakat akan lulusan pendidikan

Lingkup Penelitian Pendidikan pada Tingkat Manajerial

Terdiri dari berbagai obyek penelitian, diantaranya pada bidang seperti di bawah ini:
1. Perencanaan pendidikan dari tingkat nasional/propinsi/kabupaten/kota, dan lembaga
2. Organisasi Diknas
3. Kepemimpinan pendidikan
4. Ekonomi pendidikan
5. Bangunan, sarana dan prasarana pendidikan
6. Hubungan kerja sama antar lembaga pendidikan
7. Koordinasi pendidikan dari pusat ke daerah
8. Sumber daya manusia tenaga kependidikan
9. Evaluasi pendidikan
10. Kearsipan, perpustakaan, dan museum pendidikan

Lingkup Peneliitian Pendidikan pada Tingkat Kebijakan

Ada enam bidang yang masuk kategori penelitian pendidikan pada tingkat kebijakan, yaitu:
1. Perumusan kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh MPR, Kebijakan Presiden, atau DPR
2. Kebijakan Menteri Pendidikan Nasional tentang pendidikan
3. Kebijakan Dirjen, Gubernur, Bupati, Walikota, Diknas tentang pendidikan
4. Implementasi kebijakan pendidikan
5. Output dan Outcome kebijakan pendidikan

sumber:
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung: Penerbiat Alfabeta. halaman: 42 - 44.

Kompetensi Peneliti Kuantitatif dan Kualitatif

Bidang pendidikan tidak dapat dilepaskan dari penelitian. Berbagai masalah yang ada di dunia pendidikan perlu ditemukan solusinya melalui penelitian pendidikan. Selain itu, fenomena-fenomena khas di bidang pendidikan juga perlu diteliti agar dapat dipahami dengan baik. Untuk mendapatkan data yang ilmiah,  penelitian di bidang pendidikan dilakukan. Agar proses dan hasil penelitian pendidikan berkualitas, dibutuhkan kompetensi peneliti yang handal. Peneliti bidang pendidikan harus memiliki kompetensi sesuai dengan bidang dan metode yang diteliti.

Bagi yang baru mengawali kegiatan penelitian mungkin masih bingung dengan metode penelitian yang akan dilakukan. Alangkah baiknya Anda mengetahui kompetensi atau kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh seorang peneliti sesuai dengan metode yang akan dilakukan. Ada beragam metode penelitian, namun pada umumnya yang sering dipakai adalah metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Ada perbedaan kompetensi antara peneliti kuantitatif dan kualitatif. Anda tidak salah membaca tulisan ini. Sumber tulisan ini tidak perlu diragukan. 

Anda kenal Prof. Dr. Sugiyono bukan? Karya Beliau sangat banyak, salah satunya adalah menyusun buku Metode Penelitian Pendidikan. Dari sumber buku tersebut, saya bagikan materi tentang kompetensi peneliti kuantitatif dan kualitatif di bidang pendidikan.

Kompetensi Peneliti Kuantitatif 

Peneliti kuantitatif yang baik memiliki kemampuan seperti dibawah ini, yaitu: 
a. Memahami wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang pendidikan yang akan diteliti.
b. Mampu melakukan analisis masalah secara akurat, sehingga dapat ditemukan masalah penelitian pendidikan yang betul-betul masalah.
c. Mampu menggunakan teori pendidikan yang tepat sehingga dapat digunakan untuk memperjelas masalah yang diteliti, dan merumuskan hipotesis penelitian.
d. Memahami berbagai jenis penelitian kuantitatif, seperti metode survey, eksperimen, action research, exposi research, expost facto, evaluasi dan R & B.
e. Memahami teknik-teknik sampliing, mampu menghitung, memilih jumlah sampel yang representatif dengan sampling eror tertentu.
f. Mampu menyusun instrumen test maupun nontest untuk mengukur dan menguji variabel yang diteliti.
g. Mampu mengumpulkan data melalui angket atau wawancara.
h. Mampu menyajikan data, menganalisis data secara kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian
i. Mampu memberikan interpretasi terhadap data hasil penelitian maupun hasil uji hipotesis.
j. Mampu membuat laporan secara sistematis.
k. Mampu membuat abstraksi hasil penelitian.
l. Mampu mengkomunikasikan hasil peneliitian kepada orang banyak.

Kompetensi Peneliti Kualitatif

Kompetensi Peneliti Kualitatif yang baik memiliki kemampuan seperti dibawah ini, yaitu: 
a. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang pendidikan yang akan diteliti.
b. Mampu membangun hubungan yang akrab dengan situasi sosial yang diteliti.
c. Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada situasi sosial.
d. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan, wawancara mendalam secara trianggulasi, serta sumber-sumber lain.
e. Mampu menganalisis data kualitatif secara  induktif berkesinambungan.
f. Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferbilitas hasil penelitian.
g. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, mengkonstruksi fenomena, dan ilmu baru.
i. Mampu membuat laporan secara sistematis.
j. Mampu membuat abstraksi hasil penelitian.
k. Mampu mengkomunikasikan hasil peneliitian kepada orang banyak.


Nah, itulah kompetensi-kompetensi yang dimiliki peneliti kuantitatif dan kualitatif. Anda cenderung memiliki kemampuan yang mana? Mari tingkatkan mutu pendidikan Indonesia dengan melakukan penelitian yang berkualitas. Semoga informasi ini bisa menjadi pertimbangan anda memilih jenis penelitian. Terima kasih sudah berkunjung ke blog kami.



Sumber:
Sugiyono. 2012. Metode Pendidikan Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung : Penerbit Alfabeta. halaman 40 - 41.

Friday, 10 April 2015

Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Bagi yang baru memulai belajar riset atau penelitian, alangkah baiknya mengenali jenis-jenis penelitian dan perbedaan diantara jenis-jenis penelitian. Bila tidak paham, anda dapat bingung dan batal melakukan penelitian. Sebelum anda bingung memilih antara jenis penelitian kualitatif atau kuantitatif, alangkah baiknya mengetahui perbedaan-perbedaan diantara kedua jenis penelitian tersebut (Sugiyono, 2012: 16 - 20). Dengan memahami perbedaan kedua jenis penelitian, anda lebih mudah memilih dan melakukan penelitian dengan tepat.

Perbedaan antara jenis penelitian kuantitatif atau kualitatif meliputi tiga hal yaitu perbedaan tentang aksioma, proses penelitian, dan karakteristik penelitian.

Aksioma

Pengertian dari aksioma adalah pandangan dasar terhadap realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variabel, kemungkinan generalisasi, dan peranan nilai. Pada penelitian kuantitatif, realitas dipandang sebagai realias yang konkrit, dapat diamati oleh panca indera, dapat dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna dan perilaku; tidak berubah, dapat diukur dan diverifikasi. Berdasarkan cara pandang itu, peneliti kuantitatif dapat memilih siatu atau beberapa variabel saja yang akan diteliti. Menurut penelitian kualitatif, realitas bersifat holistik, sifatnya dinamis, dan hasil konstruksi pemikiran dan interpretasi terhadap gejala yang dapat diamati. Bagi penelitian kualitatif, realitas tidak hanya yang nampak tapi juga sampai pada dibalik yang nampak.

Hubungan Peneliti dengan yang diteliti

Pada penelitian kuantitatif peneliti  bersikap independen dengan cara menjaga jarak dengan yang diteliti. Bahkan dengan menggunakan angket atau kuesioner, peneliti hampir tidak kenal dengan responden yang diteliti. Hal ini sangat berbeda dengan penelitian kualitatif yang memiliki pandangan bahwa peneliti adalah humann instrumen. Terutam dengan menggunakan teknik pengumpulan data participant observation atau observasi berperan serta dan teknik wawancara mendalam (in deptf interview). Dengan menggunakan kedua teknik tersebut, peneliti kualitatif harus berinteraksi langsung dengan obyek yang diteliti, sehingga peneliti mengenal narasumber yang diteliti.

Hubungan dengan variabel

Pada penelitian kuantitatif, hubungan variabel dengan obyek yang diteliti bersifat sebab akibat. Oleh karena itu, ada variabel bebas dan variabel terikat. Peneliti kemudian mencari tahu pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada penelitian kualitatif, hubungan variabel lebih bersifat interaksi yang artinya saling mempengaruhi. Oleh karena itu, tidak dikenal variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian kualitatif. 

Kemungkinan Generalisasi

Penelitian kuantitatif umumnya menekankan pada luasnya informasi, sehingga dalam penelitian kuantitatif ada istilah populasi dan sampel. Data yang diteliti berasal dari sampel yang diambil dari populasi. Salah satu cara untuk menentukan sampel adalah dengan acak atau simple random sampling. Berdasarkan dari data sampel, peneliti kuantitaif kemudian membuat generalisasi, artinya kesimpulan sampel diberlakukan ke populasi penelitian. Generalisasi tidak berlaku pada penelitian kualitatif, Sebaliknya penelitian kualitatif lebih menekankan pada kedalaman informasi sampai pada tingkat makna yaitu sesuatu yang ada dibalik yang dapat diamati oleh panca indera. Di penelitian kualitatif ada istilah transferability atau keteralihan yang artinya hasil penelitian kualitatif bisa diterapkan ditempat lain yang memiliki kondisi tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian sebelumnya.

Peranan Nilai

Peneliti kuantitatif terbebas dari nilai-nilai karena ada jarak antara peneliti dengan obyek yang diteliti. Menjaga jarak dilakukan dengan tujuan agar penelitian bersifat obyektif.. Pada penelitian kualitatif karena peneliti melakukan interkasi dengan narasumber atau obyek penelitian maka peneliti terikat oleh nilai-nilai masing-masing.


Itulah lima hal yang membedakan diantara penelitian kuanitatif dan kualitatif. Semoga dengan memahami perbedaan tersebut, anda dapat memutuskan jenis penelitian yang tepat.


Sumber: 
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Halaman: 16 - 32

Monday, 6 April 2015

Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Ada dua metode penelitian yang akan saya bagikan pada saudara. Kedua metode ini sering diperdebatkan. Ada yang menganggap satu metode lebih baik dibandingkan metode lainnya. Ada juga yang menyatakan metode tersebut sebenarnya sama-sama baik, Ada juga yang menyatakan metode tersebut sebenarnya bisa digabungkan.

Membahas dua metode penelitian antara kualitatif dan kuantitatif sangatlah menarik. Masing masing memiliki cara-cara khas, mulai dari cara pandang terhadap realita sampai tahap analisis data.

Borg and Gall (dalam Sugiyono 2012: 13) menyatakan: many labels have been used to distinguish berween traditional researh anda these new methods: positivistic versus postpositivistic; scientivic versus astistic research; confirmatory versus discovery-oriented research; quantitative versus interpretative research; quantitative versus qualitative research. The quantitative - qyalitative distintion seem most widely used. Both qyantiative researcher and qualitative researcher go about inquiry in different ways.

Pengertian metode penelitian kuantitatif

Metode kuantitatif sering dinamakan metode tradisional dengan alasan lama digunakan dan sudah mentradisi sebagai metode penelitian. Disebut juga metode positivistik karena berlandaskan dari filsafat positivisme. Filsafat ini memandang fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan dengan gejala sebab akibat.

Metode ini adalah metode ilmiah karena memenuhi syarat keilmuwan yaitu konkrit, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Disebut sebagai metode discovery karena menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan baru. Metode disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

Penelitian dilakukan dalam populasi dengan mengambil sampel tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah, Hipotesis yang dibut kemudian diuji melalui pengumpulan data yang menggunakan instrumen seperti angket atau tes.

Pengertian metode penelitian kualitatif

Metode kualitatif disesebut metode baru karena belum terlalu popular. Disebut metode postpositivistik karena berlandaskan filsafat postpositivisme. Filsafat ini memandang fenomena itu sifatnya holistik atau utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan bersifat interaktif.

Disebut metode artistik karena proses penelitian lebih bersifat kurang terpola dan disebut metode interpretative karena hasil penelitiian berkenaan dengan interpretasi data yang ditemukan di lapangan. Oleh karena itu, penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna.

Obyeknya adalah yang bersifat alamiah dan berkembang apa adanya. Kehadiran peneliti di lapangan tidak melakukan perlakuan. Peneliti menjadi instrumen yang harus mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksikan situasi sosial. Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam, peneliti dapat menggunakan teknik gabungan antara observasi, wawancara, dan dokumentasi. 



Sumber: 
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfa Beta

Jenis-Jenis Penelitian

Keinginan untuk meneliti sering muncul. Namun keinginan itu begitu cepat tenggelam karena kebingungan yang muncul akan jenis penelitian yang akan dipilh. Tidak mudah untuk menentukan jenis penelitian yang  tepat dengan obyek penelitian. Apalagi jika kita tidak memahami jenis-jenis penelitian yang ada. Alih alih melakukan penelitian, keinginan meneliti malah hilang seiring dengan kebingungan yang melanda. Oleh karena itu, demi membantu saudara menentukan jenis penelitian yang tepat, pada kesempatan ini saya mau berbagai pengetahuan tentang jenis-jenis penelitian.

Saya mempelajari materi ini dari buku yang telah disusun oleh Prof. Dr. Sugiyono yaitu Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Semoga berguna untuk dijadikan pilihan dalam menentukan jenis penelitian saudara. Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan berdasarkan bidang, tujuan, metode, tingkat ekplanasi, dan waktu.

Bidang

Berdasarkan bidang penelitian, ada yang disebut penelitian akademis, profesional, dan institusional. Penelitian akademis dilakukan oleh mahasiswa dalam membuat skripsi, tesis atau desertasi. Penelitian ini menjadi bagian dari sarana edukasi yang lebih mementingkan validitas internal yaitu cara melakukannya harus betul. Penelitian Profesional dilakukan oleh orang yang berprofesi sebagai peneliti, termasuk dosen yang salah satu tugas utamanya adalah melakukan penelitian. Tujuan peneliti profesional adalah mendapatkan pengetahuan baru. Ciri lainnya adalah variabel lengkap, analisis canggih, dilakukan dengan cara yang betul dan berguna bagi masyarakat. Penelitian institusional adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi guna pengembangan lembaga, untuk pengambilan keputusan pimpinan. Hasilnya menekankan pada validitas eksternal (kegunaan), variabel lengkap, dan analisis canggih.

Metode

Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: survey, expostfacto, eksperimen, naturalistik, policy reasearh, action research, evaluasi, sejarah, R&D. Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah atau bukan buatan, tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data dengan cara mengedarkan angket, test, wawancara tersetruktur. Metode penelitian eksperimen digunakan untuk mencari pengaruh treatment atau  perlakukan tertentu. Metode penelitian naturalistik digunakan untuk meneliti pada tempat yang alamiah, peneliti tidak membuat perlakuan, karena peneliti dalam mengumpulkan data berdasarkan pandangan sumber data.

Tingkat eksplanasi

Penelitian deskriptif yaitu dengan cara mendeskripsikan data-data yang terkumpul.
Penelitian komparatif yaitu dengan cara membandingkan data-data yang terkumpul sesuai tujuan penelitian,
Penelitian asosiatif yaitu dengan cara menghubungkan data-data yang terkumpul

Waktu

Cross sectional
Longitudinal


sumber:
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfa Beta

Pengertian Metode Penelitian

Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang ingin tahu segala hal. Keinginan itu mendorong manusia untuk berpikir, menemukan cara-cara handal untuk mengungkap takbir yang selama ini menyelimuti ketidaktahuan. Berbagai upaya telah ditempuh manusia. Dari cara yang mistik sulit diterima dengan akal sehat sampai dengan melakukan suatu penelitian. Pada akhirnya, penelitian menjadi pilihan yang saat ini lebih popular dan diterima oleh sebagian masyarakat. Meskipun masih ada juga orang-orang yang menggunakan cara-cara mistik untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari dalam dirinya.

Demi mengenalkan cara penelitian yang benar, maka perlu kiranya diberikan pemahaman yang benar tentang pengertian dari metode penelitian. Prof. Dr.. Sugiyono telah menyusun buku Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D. Buku ini sangat lengkap untuk dijadikan pegangan dan pedoman bagi para peneliti yang akan atau sedang melakukan penelitian. Oleh karena itu, bagi teman-teman yang belum memilikinya, saya bagian  sebagian materi yaitu pengertian metode penelitian (2012: 3 - 6).

Metode penelitian secara umum diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jadi ada empat bagian penting yang terdapat dalam metode penelitian, yaitu: cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan.

Cara Ilmiah

Penelitian merupakan kegiatan yang didasarkan pada ciri-ciri ilmiah. Bukan kegiatan yang dilakukan dengan dasar keinginan peneliti. Ada kaidah-kaidah yang harus dijalankan dalam penelitian. ciri-cirinya adalah rasional, empiris, dan sistematis.

Rasional

Kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akan yang dapat dijangkau oleh nalar manusia. Penelitian itu dapat diterima secara logika.

Empiris

Penelitian dilakukan dengan cara-cara yang dapat diamati oleh indera manusia. Orang lain dapat mengamati dan mengetahuinya. Jadi penelitian itu berbeda dengan cara-cara mistik yang kadang masih digunakan oleh sebagian masyarakat Indonesia.

Sistematis

Penelitian merupakan sebuah proses yang menggunakan langkah-langkah tertentu dan bersifat logis. Memiliki urutan-urutan yang tidak bisa dilakukan secara asal-asalan.


Data

Data yang diperoleh dari penelitian adalah data yang valid. Artinya data menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya dengan data yang terkumpul oleh peneliti. Sangat sulit bagi seorang peneliti untuk mendapatkan data yang langsung valid. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji reliabilitas dan obyektivitas sebelum menentukan sebuah data valid atau tidak valid. Reliabilitas berkenaan dengan derajad keajegan atau konsistensi. Obyektivitas berkenaan dengan interpersonal agreement atau kesepakatan antar banyak orang.

Tujuan 

Secara umum tujuan peneliti melakukan sebuah penelitian adalah untuk menemukan, membuktikan, dan mengembangkan. Menemukan artinya peneliti bertujuan menemukan hal-hal yang tidak ditemukan sebelumnya atau tidak diketahui sebelumnya. Membuktikan artinya peneliti bertujan membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu. Mengembangkan artinya peneliti bertujuan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan yang sudah ada.

Kegunaan

Penelitian pada umumnya memiliki beberapa kegunaan, antara lain: memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Memahami artinya hasil penelitian berguna untuk memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui sebelumnya. Memecahkan artinya hasil penelitian berguna sebagai solusi untuk menemukan cara memecahkan suatu permasalahan. Penelitian juga berguna untuk mengantisipasi agar suatu masalah tidak muncul kembali.

Jadi berdasarkan penjelasan di atas, simpulan dari pengertian metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan untuk menemukan, membuktikan, atau mengembangkan suatu pengetahuan tertentu sehingga berguna untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. (Sugiyono, 2012: 6)

Sumber: 
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta